:________________________________________
PEPALI KI AGENG SELO
PUNCAK-PUNCAK DALAM PANDANGAN
KESUSILAAN, KEFILSAFATAN DAN KETUHANAN
DALAM KESUSASTRAAN JAWA
OLEH :
R.M. SOETARDI SOERYOHOEDOYO
——————————-
BAGIAN I
Nama lagu dan bentuk syair | : | DHANDHANGGULA. |
Jumlah baris tiap bait | : | Sepuluh. |
Suara akhir masing-masing baris | : | i, a, e, u, i, a, u, a, i, a. |
Jumlah suku kata masing masing | : | 10, 10, 8, 7, 9, 6, 8, 12, 7. |
1. Pépali-ku ajinén mbrékati¹), Tur sélamét sarta kuwarasan, Pépali iku mangkene, Aja gawe angkuh, Aja ladak lan aja jail, Aja ati sérakah, Lan aja célimut; Lan aja mburu aléman, Aja ladak, wong ladak pan gélis mati, Lan aja ati ngiwa²).
“Pepali”-ku hargailah (supaya) memberkahi, Lagi pula selamat, serta sehat. Pepali itu seperti berikut : Jangan berbuat angkuh, Jangan bengis dan jangan jahil, Jangan hati serakah, (tamak, loba), Dan jangan panjang tangan; Jangan memburu pujian, Jangan angkuh, orang angkuh lekas mati, Dan jangan cenderung kekiri.
—————————-
1). Pépali berarti ajaran, petunjuk, aturan.
2). Ati ngiwa dalam bahasa Jawa berarti suka menjalankan perbuatan-perbuatan yang harus disembunyikan terhadap umum. Ingatlah maksud “badhe dhateng pakiwan” (Jawa). Bahasa Indonesia : “hendak kebelakang” dan lain sebagainya. Ini masuk ungkapan pelembut atau eufemismus.
Sejak timbulnya pemerintahan yang berdasarkan perwakilan rakyat dan adanya kepartaian yang menentukan tindakan-tindakan pemerintah, yang dimaksud dengan “partai kiri” ialah partai yang mewakili golongan-golongan yang bertujuan mengadakan perubahan-perubahan dalam susunan atau cara pemerintahan, yang sering berhaluan sangat radikal, sehingga membahayakan susunan dan cara pemerintahan yang ada, lebih-lebih karena cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan perubahan-perubahan tadi sering menyimpang dari faham demokrasi yang berlaku (kiri ekstrim).
Baca Selengkapnya...
________________________________________